LILGHOUTS-BILGHOUTS
Pengertian dan penerapannya seperti LIRROSUL-BIRROSUL.
Jadi LILGOUTS artinya adalah niat mengikuti bimbingan Ghouts
Hadzaz-zamanrodiyallohu anhu (disamping niat LILLAH dan LIRROSUL)
Dan BILGHOTS penerapannya
merasa dalam hati bahwa dalam segala tingkahlaku kita yang diridloi ALLAH kita
memperoleh jasa dari Ghoutsu Haadzaz zamaaz rodialloohu ‘anhu (disamping sadar
BILLAH dan BIRROSUL).
HAL GHOUTSU HAADZAZ ZAMAAN
Adalah sudah menjadi sunnatulloh bahwa dari sekian banyak
hamba-hamba-NYA ini ada orang-orang yang dikasihi oleh Allah yang disebut
Waliyullaoh, kata jamaknya, Auliyak Allah. Dalam suatu priode masa tertentu
Allah memilih salah satu diantara Auliyak Allah tersebut menjadi pemimpinnya
yang disebut Sulthoonul Auliyak. Ada yang menyebut “Quthbul Aqthob” atau
“Ghoutsuz-zaman”.
Jika beliyau meninggal
didunia ada penggantinya, meninggal ada penggantinya, sampai masa dekat
menjelang hari Qiyamat.
Jadi Ghoutsu Haadzaz-zamaan
adalah Sulthonul Auliya atau pemimpinnya para Auliya pada zaman sekarang ini.
Siapa-siapa orangnya Ghoutsu Haadzaz-zamaan dan umumnya para Sulthonul Auliya
tersebut, tidak ada keterangan-keterangan identitas untuk dapat mengenalnya
secara lahiriyah. Didalam kitab jaami ul-ushul fil Aulia antara lain disebutkan
identitas batin sebagai berikut:
1. Hatinya senantiasa thowaf kepada Allah sepanjang masa.
2. Beliyau dikaruniyai memiliki sirri-sirri/keistimewaan yang
dapat menembus merata keseluruh alam seperti meratanya ruh kedalam jasad atau
seperti merembesnya air didalam poho-pohonan.
3. Beliyau menanggung berbagai permasalahan didunia.
Selanjutnya disebutkan:
“Jika seandainya dalam suatu masa sudah tidak ada
WAAHIDUZ-ZAMAAN yang senantiasa tawajjuh munajat kepada Allah bagi perkaranya
segala makhluk maka suatu perintah/adzab
Allah akan datang mengejutkan dengan tiba-tiba kemudian membinasakan mereka.”
(WAAHIDUZ-ZAMAAN tersebut yang dimaksud, tidak lain adalah
Ghoutsuz-zamaan atau sulthoonulAuliya.)
“Dikalangan umat-KU senantiasa tidak sepi dari adanya
suatu “thooifah” (kelompok) yang memperjuangkan kebenaran sampai datangnya hari
Qiyammah.”
(Hadits shoheh riwayat Al
Haakim dari Sayyidina Umar Rodiallohu ‘anhu)
“Dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan “thooifah” adalah ahlulloh dan pemimpinnya yakni “Al
Aqthob” seperti sudah difahami.”
(Da’watut maamah, hal 23)
“Al Aqthoob”
menurut istilah ahli tasawwuf yang berlaku dikalangan mereka, didalam suatu
masa tidak ada melainkan hanya satu dari kalangan mereka yaitu Al Ghouts.”
(Kitab Yawaqit hal 61 juz II)
“Maka pada suatu zaman
tidak sepi dari adanya seseorang Rasul dan itulah yang disebut “QUTHBU” yang
merupakan “mu’alla nadlillahi fil alam” yang dimaksud Rasul disini bukanlah
“Rasulluttasyri” yang mengajarkan syariat baru, melainkan Rasul untuk
menyempurnakan perkara agama mereka dan Rasul yang menuntun ummat masyarakat
wushul sadar kepada Allah wa Rasuulihi sallalloohu ‘alaihi wassallam.”
(Kitab Yawaqit juz II, hal 8)
Selanjutnya disebutkan:
“Dan keadaan
lahiriyah mereka para Quthbu adalah dengan isytiqhol (menyebutkan diri seperti
umumnya ulama-ulama lain) dalam bidang ilmu kasbi yakni ilmu syari’at untuk
merahasiakan maqomnya, oleh karena setengah daripada syakmul Quthbi itu memang
rahasia adanya.”
(Kitab
Yawaqit juz II, hal 8)
“Apakah tempat kedudukan Quthbu itu selalu mesti
dimekah seperti dimashurkan ? Maka jawabnya:
“Adapun tentangf jasad dan pribadi
Quthbu itu adalah menurut kehendak
Allah, tidak ditentukan mesti berada di suatu tempat tertentu. Yang jelas, setengah
daripada saykmulqutbi adalah samar-samat atau rahasia. Maka sekali tempo ada
Quthbu sebagai tukang besi, selain tempo ada sebagai seorang pedagang, ada yang
menjual polowijo dan lain-lain. Dan Allahlah yang maha mengetahui.”
(Kitab
Yawqit juz II, hal 81)
DASAR/DALIL
PENERAPAN LILGHOUTS-BILGHOUTS
“Dan
ikutlah jalannya orang yang kembali kepada-KU.”
(Q.
Surat (31) Luqman ayat 15).
“Hai
orang-orang yang beriman, bertqwa kepada Allah dan hendaklah kamu sekalian,
beserta orang-orang yang benar.”
(Q.
Surat (9) At Taubah ayat 119).
“Dan
KAMI tidak mengutus sebelum Engkau (Muhammad) melainkan orang laki-laki yang
KAMI wahyukan kepada mereka; maka bertanyalah kamu sekalian kepada
“ahludzdzikri” jika kamu sekalian tidakl mengetahui.”
(Q.
Surat (16) An Nahl ayat 43).
“Duduk
bergaullah dengan Ulama’ Besar (Mujtahid/Mujaddid) Ghoutsuz-Zamaam) dan
betanyalah kepada Ulama’ dan bergaullah kepada para Hukamak/para ahli hikmah
(mufti).”
(Hadits
riwayat Thobroni dari abu juhaifah).
0 komentar :
Posting Komentar